Wednesday, August 13, 2014

Kisah Seorang Kuli



Kisah Seorang Kuli
              Ada seorang pemuda bernama Yuka. Ia hidup sebatang kara. Ayah ibunya sudah lama merantau ke negeri seberang, tetapi tidak pernah pulang. Ia pun rela berbuat apapun demi menghidupi dirinya dan kelima adiknya, asalkan tidak menjadi penjahat. Ia sudah melamar pekerjaan di berbagai tempat, tetapi tidak ada yang mau menerimanya, lantaran ia tidak berpendidikan.
              Akhirnya, ada orang yang mau menerima Yuka sebagai kuli bangunan. Yuka harus mengangkut batu dari lereng gunung ke rumah bosnya. Di sana, Yuka harus memecah batu yang ia bawa menjadi kecil-kecil. Lalu, ia harus mengangkutnya dengan gerobak untuk dijual ke toko bangunan yang berlangganan batu. Yuka mengerjakan itu semua dengan senang hati. Tak peduli berapa banyak keringat yang menetes. Tetapi, menjadi kuli belumlah cukup untuk menghidupi dirinya dan kelima adiknya. Apalagi, bosnya tak jarang berlaku kasar, bahkan memukuli dirinya dan kuli lainnya walaupun para kuli tak bersalah.
              Malam telah larut. Tetapi, Yuka belum juga tidur. Malam ini, ia dan kelima adiknya belum makan. Tetapi, adik-adiknya tahu Yuka telah berjuang mencari uang. Waktu menunjukkan pukul 23.00 saat Yuka mulai terbang ke alam mimpi.
              Dalam mimpinya, Yuka bertemu dengan seorang kakek. Kakek itu berjenggot putih dan memakai tongkat. Kakek itu mengatakan bahwa Yuka bisa kaya, kalau ia menemui penyihir di lereng gunung tempat ia biasa mengangkut batu, asalkan hatinya bersih. Setelah mengatakan itu, kakek tua itu samar-samar menghilang, dan digantikan sinar mentari pagi yang hangat.
              Seusai bekerja, Yuka bergegas menuju lereng gunung, di tempat yang dikatakan kakek dalam mimpinya. Ia juga membawa celengan ayam kesayangannya, kalau nanti penyihir itu minta uang. Sesampainya di lereng gunung, Yuka pun kelelahan, dan ia tertidur pulas di bawah pohon yang rindang.
              Saat Yuka bangun, celengan ayamnya hilang. Ternyata, celengannya jatuh ke sungai. Ia berteriak minta tolong. Kebetulan, ada nenek tua yang melintas. Nenek itu membawa ranting kecil, lalu diraba-rabanya dasar sungai dengan ranting itu. Nenek itu berhasil mengangkat celengan keramik dengan ukiran yang berwarna-warni. Tetapi Yuka tahu bahwa itu bukan celengannya, apalagi isi celengan Yuka tidak sebanyak isi celengan keramik itu. Yuka pun menggeleng ketika ditanya apakah itu celengan miliknya. Tetapi, saat nenek itu mengangkat celengan ayam yang cukup ringan, Yuka mengangguk karena itu memang miliknya. Karena kejujuran Yuka, nenek itu memberikan kedua celengan tersebut kepada Yuka.
              Saat Yuka akan berterima kasih, nenek itu berubah rupa menjadi penyihir berbaju dan bertopi hitam, dan menaiki sapu terbang. Ia adalah penyihir yang dimaksud kakek tua dalam mimpinya. Penyihir itu tahu Yuka berhati baik melalui ujian kejujuran yang baru saja dilewati Yuka. Karena syarat itu sudah ditepati, maka Yuka berhak mengajukan 1 keinginannya untuk dikabulkan. Yuka meminta agar ia dan kelima adiknya hidup sejahrera. Lalu, penyihir itu mengubah rumah Yuka menjadi tingkat 2, dan memberi Yuka uang yang banyak. Sejak hari itu, Yuka dan kelima adiknya hidup bahagia dan mereka makin disenangi tetangganya karena mereka tetap mempunyai hati yang baik.

No comments:

Post a Comment