Sunday, January 12, 2014

Kasih Ayah yang Tak Terlupakan




Oleh: Helenne Benita  (G5)

 Emily Yuliana nama artis ibukota yang terkenal di tahun 2013 akhir. Dia adalah seorang        bassist dari suatu band yang bernama Glow. Glow adalah band yang seluruh personilnya perempuan. Vocalist mereka bernama Ester, drummer bernama Elsha, guitaristnya bernama Evina, dan seorang keyboardist bernama Evelyn. Mereka terkenal dengan kekompakan mereka yang tak kalah dari band ibukota yang lain. 

Sudah 3 bulan lamanya mereka menjadi artis. Mereka bisa dikatakan artis yang sedang naik daun. Mereka bekerja pagi hingga malam untuk menjadi sukses. Mereka sangatlah rajin. Mereka sering pulang cepat dari sekolah mereka untuk perform. Tak dirasakan sudah berapa tetes keringat bahagia dan sedih mereka. Dalam beberapa waktu mereka dipanggil ke acara “Yuk Berwawancara” di stasiun televisi. Acara itu sungguh sangat terkenal. Mereka sangat bangga dengan kawannya dan dirinya sendiri. Saat hari H, seluruh personil berdandan cantik. Pakaian mewah, anting emas, gelang silver, dll. Kecuali seseorang personil yang hanya menggunakan dandan yang natural dan menggunakan dress putih dengan sepatu sandal yang manis. Dialah Emily. Sebelum tampil Emily sempat mencium bass berwarna hitam mengkilap dengan hiasan bintang. 

“Mulai!” kata sang sutradara. Musik mengiringi mulainya acara. Sang host memulai dengan sapaan yang hangat dan berlanjut ke wawancara. 

“Glow! Band terkenal tahun 2014 yang memiliki 5 personil cantik nan anggun! Kita akan bertanya tentang jalan hidup mereka untuk menjadi artis!” kata sang host yang bernama Kak Ovi. Pertanyaan yang tak diduga tertuju pada Emily! 

“Hai Emily.. boleh mengetahui cerita hidupmu??” tanya sang host menyodorkan mic ke arah Emily. Emily mengangguk dengan senyum manisnya. 

“Inilah ceritaku.. Aku sekarang tinggal bersama tanteku yang tinggal di Bekasi. Ibuku meninggal setelah 2 bulan melahirkanku.. Ayah.. juga meninggal 2 tahun yang lalu..” Emily bercerita hingga air mata menetes. Host menyela dan meminta Emily untuk melanjutkan. Emily memulai ceritanya lagi. 

“Dulu, saatku kecil aku tinggal di perbatasan Kalimantan dan Malaysia. Aku sangatlah miskin. Ayahku bekerja di Malaysia untuk mencukupi hidup. Dia bekerja sebagai buruh di Malaysia dengan gaji yang tidak banyak. Asalkan itu sudah mencukupi kebutuhan hidup, itu sudah lebih dari cukup. Suatu saat aku sangat menginginkan bass yang dipajang di toko musik di Malaysia. Aku memohon kepada ayah. Tetapi ayah hanya menggelengkan kepala.”

“Besok saja ya belinya Emi.. jangan marah ya..” kata ayah menenangkanku yang masih berumur 11.
“Iya.. tapi ayah janji sama Emi ya..” kata Emily saat kecil. Ayah mengangguk. “Karena aku sudah tidak sabar, aku di rumah marah-marah ke ayah karena bass itu belum dibeli. Ayah dan aku berdoa agar kudapati bass itu. Ayah juga bekerja dari pagi hingga malam untuk memenuhi keinginanku. Ayah menabung dan tidak mengambil jatah makan buruh agar menambah gaji. 1 tahun berlanjut.. Ulang tahunku yang ke-12 dimulai dengan sunyi. Aku hanya menyanyi sendiri. Lagu dengan syair happy birthday to me. Ayah belum kembali ke rumah. Padahal sudah jam 6 sore. Ayah sudah berjanji untuk pulang cepat di hari itu. Telepon berdering.”

“Dengan saya Emily ada apa?” tanya Emily di telepon.
“Emily ayah kamu kecelakaan karena ditabrak truk gandeng, cepat datang!” jawab orang itu.
“Hah?! Ayah?? Di mana? Saya akan ke sana sekarang juga!” teriak Emily dengan perasaan campur aduk
“Di RS.Alline Malaysia!” jawab orang itu
“Aku segera berlari dengan meneteskan air mata. Akhirnya aku sampai di RS.Alline Malaysia. Aku segera ke kamar rumah sakit ayah. Jumpaku dengan ayah seperti jumpa di laut.. laut air mataku. Ayah segera menghapus air mataku yang menetes.”
“Emily, jangan menangis.. ayah akan segera sembuh.. ayah sudah membelikanmu bass.” Kata ayah yang dibalut perban.
“Maafkan aku Yah… demi aku ayah berjuang hingga begini!!” teriak Emily.
“Emily maaf ayah sudah tidak kuat.. semoga bass itu berguna bagimu ya… jadilah seorang yang berguna bagi dunia dan agama ya…” kata ayah dengan kata- kata terakhirnya.
“Piippp………” suara alat pendeteksi detak jantuk berbunyi tanda kritis.
“Aku langsung berteriak memanggil dokter. Ayahku dibawa ke UGD dan diperiksa. 2 jam setelah itu didapati ayahku telah pergi ke surga. Aku hanya bisa menangis. Setelah ayahku meninggal aku tinggal bersama tanteku dan menuruti kata ayahku supaya bisa jadi bassist yang hebat. Aku selalu berjuang mengikuti audisi hingga aku ada di tempat ini.. Thanks Ayah..” Emily selesai bercerita. Semua orang meneteskan air mata haru dan bertepuk tangan. Acara dilanjutkan dengan pertanyaan dan games hingga selesai. Emily pulang ke rumahnya dengan meneteskan air mata karena teringat ayahnya. Sungguh besar jasa Ayah Emily..



2 comments:

  1. Apik tenan Len!!! Aku terharu ^_^ Pokoke Jos Gandos tenan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks ^^ Hope you can visit my blog www.helenemystory.blogspot.com

      Delete