Wednesday, March 26, 2014

Saudara Jauh



Oleh: Cella (G5)
Di suatu sekolah ada murid yang selalu bertengkar. Mereka adalah Lili dan Lala. Mereka adalah teman, tapi wajah mereka hampir mirip. Lala sangat iri dengan Lili, karena Lili selalu dipuji oleh orang-orang, sedangkan Lala sangat jarang. 

Suatu hari Bu Lulu mengadakan perlombaan bagi Lala dan Lili, karena mereka selalu bertengkar. Perlombaannya adalah siapa pun yang bisa membuat cerpen dengan bagus dan benar, cerpennya akan dikirim ke majalah anak. Batas waktunya 3 hari. Lala membuat cerpen dengan giat, tapi asal-asalan, sedangkan Lili membuat cerpen dengan rajin, giat, dan teliti. 

Hari pun berlalu dan saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, semuanya mengumpulkan cerpen mereka kepada Bu Lulu. Bu Lulu mengecek semuanya dan esoknya diumumkan. Dan pemenangnya adalah Lili! Semuanya pun bersorak. Sore itu Lala mencuri cerpen Lili dan membuangnya ke taman mawar dan ke lumpur di hadapan Lili. Lili pun kaget dan saat melihat cerpennya jatuh ke lumpur ia mengambilnya, tapi tidak bisa dan akhirnya ia jatuh ke lumpur itu, baju dan tubuhnya pun kotor. Saat cerpennya dijatuhkan ke taman mawar ia pun mengambilnya dan berhasil, tapi ia pun jatuh dan berdarah. Hati Lala pun tergerak ia pun membantu Lili dan meminta maaf serta membersihkan tubuh Lili. Mereka pun menjadi sahabat.

Suatu hari mereka melihat suatu berita bahwa Jakarta tempat tinggal Lili banjir bandang. Lili pun meminta Lala untuk mengantarnya pulang ke Jakarta. Saat sampai di Jakarta Lili masih melihat rumah orang tuanya yang sudah roboh, tapi saat itu banjirnya surut, tapi Lili terkena sebuah bagian robohan rumahnya di bagian wajahnya, anehnya wajah Lili tidak berdarah, tapi kulitnya bisa dibuka. Lala pun membuka kulit Lili dengan hati-hati. Ternyata saat mereka berdua melihat ke arah cermin mereka ternyata kembar dan Lili mencari surat kelahirannya dan ternyata orangtua mereka sama. Mereka pun senang karena mereka adalah saudara. Tim SAR mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus segera naik perahu karena banjir semakin tinggi, tapi Lili terbawa arus dan menghilang. Pada saat mereka hampir tiba di posko penampungan, muncul sebuah kepala dan ternyata itu adalah Lili, Lala sangat senang, tapi ia kuatir. Saat sudah sampai ke posko penampungan, Lili langsung di bawa ke rumah sakit. Saat menunggu, Lala menangis dan berharap agar agar Lili selamat, saat dokter datang, dokter berkata bahwa Lili terkena amnesia. Lala terkejut dan menangis. 

Saat menjenguk Lili, Lili hanya mengenal keluarga, teman, dan masyarakat yang ia kenal, tapi yang lainnya ia tidak tahu. Saat keluar dari rumah sakit Lala sedih, tapi ia memendamnya. Lala pun menjelaskan satu per satu tentang hidup Lili. Beberapa hari berlalu, Lili mengetahui seluruh hidupnya, tapi ia belum mengtahui tentang pelajaran sekolah, Lala pun menjelaskan pelajaran yang di pelajari di sekolah. Saat di jelaskan, oleh Lala, Lili pingsan karena terlalu banyak beban di otaknya. Lala pun langsung membawa Lili ke rumah sakit. Saat menjenguk Lili, Lala menangis, saat itu juga Lili sadar dan ia sudah ingat segalanya. Lala pun sangat senang. Dan mereka hidup bahagia sebagai saudara untuk selama-lamanya.

4 comments:

  1. Wah ternyata Kakak Cella ada bakat jadi penulis. Bude sampai terharu membacanya. Teruskan untuk membuat tulisan yang lainnya ya supaya makin terasah bakatnya. Tetap semangat dan selalu rajin belajar. Terimakasih untuk Pak Adi Dee yg mempublikasikannya . Salam hangat

    ReplyDelete
  2. Wah,adik kita yang satu ini berbakat juga y menulis cerpen. Mungkin waktu dulu q seumuran adik q blum bisa menulis sebagus itu..
    Terus semangat y,dan kembangkan bakatmu. Terus ciptakan karya-karya yang bagus. Sukses selalu. ^-^

    ReplyDelete
  3. Kakak hebat, bisa membuat cerita yang bagus dan mengharukan. Papa dan mama sangat bangga.
    Papa dan mama juga masih menunggu cerita selanjutnya. Terus kembangkan ya kak.
    Terima kasih juga untuk Ibu dan Bapak guru yang telah membimbing putri kami cella.

    ReplyDelete
  4. Lagi nyoba bikin buku sekarang... Susah banget... ^o^

    ReplyDelete